PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DI DESA SAMARAN

Penulis: Fa'iqotun Nabila, Ma'rifatul Hidayah, Meilina (siswa kelas XII IPS 5, SMAN 1 Pamotan) 

Tulisan ini berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan mengenai perubahan sosial pada masyarakat di Desa Samaran Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pengamatan ini terdiri dari 3 aspek penting yakni perubahan arsitektur rumah, fashion, juga peralatan rumah tangga zaman dahulu dan sekarang. Di Desa Samaran sendiri ada beberapa arsitektur rumah maupun barang-barang kuno, sedangkan bentukan rumah zaman modern gampang untuk dijumpai. Hasil foto observasi di dapatkan dengan menyusuri sepanjang jalan Desa Samaran, tengok kanan kiri guna mencari aspek-aspek yang akan kami kaji. Setelah itu kami melakukan analisis terhadap perusahaan apa yang akan terjadi apabila arsitektur rumah, busana, dan perabotan rumah tangga telah berubah. Kami fokus terhadap sistem sosial apa yang berubah dari norma sosial, interaksi sosial, kelompok sosial, tindakan sosial, kelas sosial, mobilitas sosial, konflik sosial, hingga integrasi sosial. Berikut ini perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman dan selamat membaca.

a. Arsitektur Rumah

Membutuhkan cukup waktu untuk menemukan gaya bangunan rumah kuno di Desa Samaran. Kami harus menyusuri sepanjang jalan Desa Samaran dari ujung ke ujung. Namun usaha kita membuahkan hasil tatkala melihat rumah dengan nuansa Tiongkok kuno. Gaya bangunan khas seperti rumah orang Tionghoa (Cina) ini menarik perhatian untuk kami teliti. Bak mendapatkan sebuah harta karun setelah 1,5 jam mencari, tanpa membuang waktu kami pun bergegas meminta izin kepada bapak pemilik rumah untuk memotret rumah beliau.
Rumah Bapak Ruslan, warga Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. 
(Fotografer: Meilina, 16/9/23)

Bentuk rumah yang menurut kita sudah tak asing lagi karena sering menjumpainya di daerah Lasem atau yang biasa disebut Tiongkok kecil ini ternyata juga dimiliki oleh Bapak Ruslan. Rumah dengan bertembokkan baru bata merah dengan atap berwarna merah pula khas rumah Tionghoa. Dilengkapi dengan jendela ukir dari kayu jati sehingga menambah kesan indahnya. 
Rumah Bapak Ruslan seperti rumah khas Cina Siheyuan. Rumah khas Cina Siheyuan sendiri biasanya berbentuk persegi dan memiliki pagar di sekelilingnya. Tata letak rumah Cina kuno semacam itu cukup khas. Bangunan disusun dalam bentuk persegi panjang di dalam pagar dan bagian tengah strukturnya terbuka dengan halaman. Halaman terbuka ini bisa untuk berbagai tujuan. Dinding pagar keliling rumah sekitar 1,5 - 2 meter. Dinding rumah sendiri biasanya lebih tinggi dari pagar di sekitarnya.
Salah satu alasan membangun rumah dengan memiliki halaman di tengah juga membuat keluarga nyaman menggunakan ruang untuk berbagai kegiatan.
Ciri-ciri rumah Tionghoa (Cina) cenderung memiliki bangunan yang besar dan luas yang biasanya memiliki genteng dengan warna cerah seperti kuning atau merah. Sistem atap pada rumah memiliki bentuk lengkungan. Bangunan bisa terdiri dari kayu maupun tembok sebagai pondasi. Tak jarang juga batu bata merah dijadikan sebagai pondasi. 

Beranjak dari rumah Bapak Ruslan, kami berjalan sedikit ke arah utara karena tak jauh dari sana terdapat rumah modern yang dalam hal ini akan kita observasi juga. Rumah berlantai 2 tampai menjulang kokoh di tengah Desa Samaran. Letaknya yang berada di pinggir jalan raya memudahkan kami untuk menemukannya. Sebenarnya sudah banyak rumah modern di Desa Samaran, namun hati kami tertarik pada rumah bercat cream yang dipadukan dengan warna orange milik Bapak Widodo.
Rumah Bapak Widodo, warga Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. 
(Fotografer: Fa'iqotun Nabila, 16/9/23)

Rumah klasik modern atau modern classic adalah sebuah konsep tatanan rumah yang menghasilkan gaya baru dengan estetika yang menawan bagi rumah komersial. Gaya ini menggabungkan nuansa klasik dengan sentuhan modern yang menampilkan tampilan yang elegan. Bangunan rumah modern banyak di temui di kota besar maupun di desa. Rumah klasik modern banyak disukai karena rumahnya yang estetik dan bahan baku bangunannya lebih bersahabat dengan kantong. Rumah semacam ini mudah kita temukan sebab gaya arsitekturnya yang hampir mirip satu sama lain. Bisa dikatakan mengikuti apa yang sedang trend selaras dengan perkembangan zaman. 
Rumah dengan desain gaya modern lebih mengutamakan pada bentuk dan fungsi yang sederhana namun tidak mengabaikan fungsi estetika yang dimilikinya. Ruangan yang ada di dalam rumah bergaya modern umumnya dibuat dengan gaya yang sederhana namun tetap memiliki sentuhan modern.

b. Fashion/Gaya Berpakaian

Di tengah terik matahari yang menyengat siang hari ini, kami beristirahat sejenak di sebuah warung untuk sekedar mengganjal perut. Kami terlibat sedikit perbincangan dengan si ibu penjual. Di sela obrolan kami, datanglah seorang ibu yang tengah mengenakan baju kebaya zaman dulu untuk membeli perlengkapan dapur. Sedikit berbasa-basi kami bertanya mengapa beliau mengenakan baju kebaya yang sudah jarang dikenakan di zaman sekarang ini. Dan ternyata beliau baru saja kembali dari acara pernikahan saudaranya. Mengerti maksud kami, si ibu pun tertawa kecil dan menawari kami apakah butuh bantuannya. Sebab kami bercerita bilamana kami mendapatkan tugas untuk mengobservasi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat, salah satunya dengan gaya berpakaian zaman dulu dan sekarang.
Ibu Kasiatun bertempat tinggal di Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. 
(Fotografer: Fa'iqotun Nabila, 16/9/23)

Ibu Kasiatun nampak cantik mengenakan kebaya warna birunya yang dipadukan dengan rok batik berwarna senada. Kerudung putih dengan sedikit bordiran di setiap tepinya menambah keserasian pakaian yang dipakai Ibu Kasiatun kali ini. 

Kebaya merupakan salah satu pakaian sehari-hari yang digunakan oleh kaum wanita Jawa di zaman dahulu. Namun sekarang kebaya tak lagi digunakan sebagai pakaian keseharian karena dianggap ribet. Ribet, jadi alasan paling umum mengapa banyak orang enggan memakai kebaya. Padahal, kebaya merupakan salah satu pakaian nasional perempuan Indonesia.
Tak dipungkiri, memakai kebaya memang membutuhkan persiapan yang panjang. Mulai dari mengancingkan kebaya, memasang kain, hingga tatanan rambut juga harus diperhatikan. Belum lagi, saat memakai kebaya ruang gerak akan terbatas dan rasa gerah juga kerap muncul. Jadi sekarang kebaya hanya digunakan saat acara-acara khusus saja. 

Beralih ke fashion zaman sekarang, kebetulan Ibu Kasiatun mengatakan bahwa beliau memiliki seorang anak perempuan dan memperbolehkan kami untuk meneliti gaya pakaiannya juga. Dengan alasan untuk mempermudahkan kami agar tidak mencari subjek lain dalam penelitian kali ini. Kami sangat berterima kasih atas pengertian beliau. Tanpa mengulur banyak waktu, kami dengan semangat 45 langsung saja mempersiapkan kamera untuk memotret Mbak Ratna, putri dari Ibu Kasiatun.
Mbak Ratna beralamatkan Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. 
(Fotografer: Meilina, 16/9/23)

Rok span panjang warna cream senada dengan kardigannya, serta kerudung bentuk warna hitam khas OOTD anak zaman sekarang nampak pas saat dikenakan Mbak Ratna. Terlihat simpel dengan warna kalem memang benar-benar style para Gen Z. 

Seiring berkembangnya zaman, tentunya akan selalu memicu adanya trend-trend baru yang dianggap eksis di masa itu. Perkembangan ini bisa dari segala macam ide, dari teknologi hingga cara berpenampilan. Dari setiap perkembangan tersebut, tentunya menimbulkan rasa ketertarikan tersendiri bagi siapa saja yang melirik dan tentunya dianggap keren jika mengikuti alur perkembangan tersebut. Maka dari itu, tak sedikit orang yang selalu mengikuti perkembangan trend tersebut, apalagi dikalangan remaja yang sifatnya penasaran atau selalu ingin tahu. Karena dari penampilan, siapa pun bisa mengekspresikan diri. Dulu, para wanita biasa pakai kain, kebaya, dan stagen yang ketat. Namun makin ke sini, gaya pakaian menjadi semakin simple karena banyak perempuan yang menjadi aktif dan punya seabrek kegiatan. Memakai celana, salah satunya yakni kulot dengan atasan T-shirt kerap menjadi pilihan berpakaian zaman sekarang. Dikarenakan lebih nyaman dan tidak membatasi ruang gerak apabila dikenakan. 

c. Peralatan Rumah Tangga

2 aspek penelitian kali ini telah kita bahas, tinggal 1 lagi objek yang tak akan luput dari perubahan, yakni peralatan rumah tangga. Masyarakat pada zaman dulu menggunakan alat-alat rumah tangga yang berbeda dengan yang kita pakai saat ini, meskipun fungsinya kurang lebih sama. Salah satu contohnya adalah peralatan masak. 

Tungku Api dan Kompor LPG
Tungku api milik Bapak Sunarko, warga Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer:Meilina, 16/9/23)

Memasak menggunakan tungku merupakan satu-satunya cara mengepulkan dapur di masa itu. Di tiap rumah, ada semacam pawon yang berisi dua atau lebih lubang yang di bawahnya merupakan perapian di mana kayu dibakar. Drama api yang susah menyala akibat udara lembap sudah menjadi hal yang biasa. Orang-orang zaman dahulu menggunakan tungku sebagai satu-satunya cara untuk memasak. Di tiap rumah, ada satu atau dua lubang yang di bawahnya merupakan perapian tempat kayu dibakar. Nggak heran jika dulunya harus bersusah payah untuk mencari dan mempersiapkan kayu bakar kering sebelum memasak.

Kompor LPG milik Bapak Sunarko, warga Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. 
(Fotografer: Meilina, 16/9/23)

Kini, tak perlu repot memastikan persediaan kayu bakar, mau memasak kapan pun tinggal memutar knop kompor. Alat masak dan dapur pun terjaga tetap bersih dari asap dan legam arang yang dihasilkan oleh tungku kayu bakar. Namun ada hal yang tidak akan kalian jumpai saat mengenakan kompor, yakni apabila memasak diatas tungku api membuat aroma masakan lebih harum sepertinya ini merupakan wangi khas.

Cobek dan Blender
Cobek milik Ibu Sumiati, warga Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer: Ma'rifatul Hidayah, 16/9/23)

Cobek dan ulekan adalah sepasang alat yang telah digunakan sejak zaman purbakala untuk menumbuk, menggiling, mengulek, dan mencampur bahan-bahan tertentu (misalnya bumbu dapur, rempah-rempah, jamu, atau obat-obatan). Cobek sendiri sekarang identik untuk membuat sambal.

Blender milik Ibu Sumiati, warga Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer: Ma'rifatul Hidayah, 16/9/23)

Di dapur modern kini, meski umumnya rumah tangga sudah punya blender, agaknya masih tetap menyediakan cobek untuk memenuhi hasrat makan nasi hangat pakai sambel ulek. Ulekan ini bisa terbuat dari kayu, tanah liat, ataupun batu. Butuh proses yang lama untuk menghaluskan bumbu sebelum digunakan untuk memasak. Seringnya blender digunakan karena alasan lebih cepat, praktis, dan tidak memerlukan banyak tenaga. Bumbu yang dihaluskan menggunakan blender biasanya memiliki tekstur lebih halus, dibandingkan jika menggunakan cobek. Bumbu yang dihaluskan dengan blender juga bisa dalam jumlah yang besar. Tetapi beberapa orang mengatakan, bahwa bumbu yang dihaluskan dengan cobek akan lebih enak, dibandingkan dengan blender. Jadi untuk di masyarakat Desa Samaran hanya terkadang saja mengenakan blender, seperti jika ada acara besar. Untuk kesehariannya mereka masih menggunakan cobek guna menghaluskan bumbu. 

Gentong Tanah Liat dan Bak Air Plastik
Gentong milik Bapak Kasmin yang bertempat tinggal di Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer: Ma'rifatul Hidayah, 16/9/23)

Pada zaman dahulu peralatan rumah tangga masih banyak yang memanfaatkan sumber daya alam, seperti gentong yang terbuat dari tanah liat. Gentong merupakan salah satu peralatan rumah tangga yang difungsikan sebagai wadah menyimpan air.

Bak air plastik milik Bapak Kasmin yang bertempat tinggal di Desa Samaran Rt05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer: Ma'rifatul Hidayah, 16/9/23)

Namun karena ketersediaan bahan baku yang mulai menipis, para produsen memutar otak untuk menciptakan produk baru dengan fungsi yang sama. Menggunakan material yang mudah ditemukan, maka terciptalah bak air yang terbuat dari plastik. Dengan harga yang terjangkau, membuat para masyarakat beralih ke bak plastik. Walaupun butuh waktu lama untuk menguraikan plastik, namun karena situasi yang mengharuskan terciptanya produk plastik membuat hal ini tetap berjalan di kehidupan sehari-hari. 

Sumur dan Pompa Air
Sumur milik Bapak Karnadi, warga Desa Samaran Rt 05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer: Meilina, 16/9/23)

Air bersih memang tidak terlepas dari kebutuhan pokok manusia sehari-hari, seperti untuk mencuci, memasak, mandi, dan juga untuk dikonsumsi sebagai air minum. Dulu masyarakat Desa Samaran diharuskan untuk menimba di sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih guna kelangsungan hidup mereka. Walaupun memerlukan banyak tenaga, mereka tetap melakukannya.

Milik Bapak Karnadi, warga Desa Samaran Rt 05/Rw02 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
(Fotografer: Meilina, 16/9/23)

Sekarang sudah tercipta pompa air yang memudahkan manusia memperoleh air bersih. Mereka hanya tinggal menyalakan tombol dan air akan keluar dengan sendirinya. Air sumur memiliki kualitas yang dipengaruhi oleh komposisi tanah dan batuan di sekitarnya, sementara air pdam melalui proses pengolahan yang ketat untuk memastikan kebersihannya. Air sumur dapat mengandung mineral, logam berat, atau bahan-bahan organik yang larut dalam air tanah. Kadar mineral yang tinggi dapat menyebabkan kerak pada peralatan yang dicuci menggunakan air sumur. Namun masyarakat Desa Samaran sendiri tak sedikit pula yang masih mempertahankan sumur mereka. Hal ini dikarenakan biayanya lebih sedikit untuk jangka panjang. 

     Demikian hasil observasi perubahan sosial di masyarakat Desa Samaran yang dapat kelompok kami sampaikan. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada warga Desa Samaran yang dengan berbaik hati mengizinkan kami untuk melakukan penelitian mengenai perubahan sosial ini dan juga Bapak Suhadi selaku guru sosiologi. Ucapan maaf juga kami ucapkan untuk segala keluputan yang kami perbuat. 

     Terimakasih

Anggota:
1. Fa'iqotun Nabila (11) 
2. Ma'rifatul Hidayah (18) 
3. Meilina (20)


Postingan populer dari blog ini

SOAL PERUBAHAN SOSIAL

Kisah Ibu Rukayah Pengrajin Gerabah